Pada saat ini
pengasuhan tunggal banyaklah terjadi, entah itu karena perceraian , wafatnya
pasangan atau karena salah satu / kedua pasangan bekerja jauh dari rumah, luar
kota baghkan luar negeri. Sehingga anak tumbuh dan berkembang hanya dengan
ayahnya saja, ibunya saja, atau bahkan tanpa keduanya, dalam arti hanya hidup
bersama nenek atau salah satu anggota keluarga besarnya misal nenek, kakek atau
pamannya.
Hal tersebut
mengakibatkan tidak terpenuhinya kasih sayang anak secara utuh. Begitupun dalam
hal pendidikan dan panutan, mengingat keluarga adalah sekolah pertama bagi anak
dan orang tua adalah guru pertama pula bagi anak-anak mereka.
Ketidak
seimbangan tersebut anak-anak dengan pengasuhan tunggal akan tumbuh dengan
rapuh. Secara social emosional mereka akan menjadi kurang percaya diri dalam
bergaul, karena merasa tidak memiliki keluarga yang sempurna seperti
teman-teman nya.
Perasaan
kurang percaya diri ini juga menyebabkan anak tertekan dalam lingkungan
pergaulannya, hal ini juga sering mengakibatkan anak rentan sakit akibat
tekanan psikologis.
Ketidak
seimbangan pengasuhan juga berpengaruh pada
perkembangan kognitif dan problem solving pada anak. Hal tersebut karena
sering kurangnya stimulasi dari orang tua yang mendampinginya. Kesibukan orang
tua tua tunggal yang harus berperan ganda sebagai ibu juga sebagai bapak
misalnya membuat anak kurang pendampingan dalam belajar.
Kurangnya
perhatian juga mengakibatkan anak dengan pengasuhan tunggal ini menjadi over
acting, seperti bertindak nakal, suka menjahili teman, berkata kotor dan lain
sebagainya. Kesan “pembuat onar” ini boleh jadi sebenarnya adalah wujud
tindakan untuk mendapatkan perhatian lebih dari lingkungan sekitar mereka, yang
notabene tidak mereka dapatkan secara sempurna dari keluarga.
Namun
pengasuhan tunggal ini, bukan berarti kegagalan apabila orang tua tunggal, baik
itu ibu saja atau ayah saja, dapat memberikan pendidikan secara tepat,
memberikan perhatian dan kasih sayang yang berkualitas, mencarikan lembaga
pendidikan yang baik, guna tumbuh kembang yang lebih baik pula.
Yang tak kalah
penting adalah hadirkan sosok pasangan, baik itu dengan hubungan virtual misal
telephone, video call jika memang pasangan masih hidup, atau melalui foto dan
video jika memang pasangan sudah tiada, dalam konteks yang positif. Jangan
menceritakan kesalahan atau kekuarangan pasangan pada anak. Ini sangat penting
untuk membangun jiwa kebangaan anak kepada orang tua, serta tatap menjadikan
orang tua sebagai panutan yang baik bagi anak.
Bagimanapun
dan apapun permasalahan antara ayah dan ibu, jangan ditunjukkan kepada anak.
Apalgi menjadikan anak sebagai pelampiasan permaslahan suami istri. Berikan
penjelasan yang dapat dinalar oleh anak. Sehingga psikologis anak tetap
terjaga.
Oleh : Eka Agustina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar